12.30.2009

Seminggu Lagi Mati

Saya akan mati satu minggu lagi. Saya tidak sedih mau mati. Karena mati itu pasti. Saya hanya sedih, karena saya—ternyata—belum bisa menjadi yang terbaik buat orang-orang terdekat di usia saya yang sangat singkat. Karena akan mati satu minggu lagi, saya pun berbenah habis-habisan. Melihat ke belakang kesalahan-kesalahan. Supaya pas mati nanti, tidak ada lagi yang menggantung dan harus dipertanggungjawabkan. Beruntungnya, saya tahu satu minggu lagi saya akan mati. Jadi, saya punya waktu untuk menjadwalkan persiapan apa saja sebelum mati. Saya listing satu per satu siapa saja yang harus saya temui. Untuk minta maaf dan bilang terima kasih ke mereka bahwa mereka sangat penting dalam perjalanan hidup saya yang singkat ini. Umur saya cuma dua tahun lebih sedikit. Ya… kurang lebih, lebihnya sekitar dua bulan. Singkat kan? Tapi kalo bicara dosa, dua tahun itu sebenarnya sudah sangat cukup untuk mengumpulkan bahan bakar siksa kubur. Sayangnya, saya cuma punya waktu satu minggu untuk mengubur dosa-dosa yang menggunung itu. Tidak cukup. Karena ternyata, sangat banyak orang yang sudah saya zhalimi dan tidak saya terima kasihi. Sekalipun seminggu yang tersisa itu sudah penuh dengan agenda-agenda permohonan maaf dan ucapan terima kasih, ternyata waktunya belum cukup juga. **************** Saya mati satu minggu lagi. Setelah dua tahun lebih sedikit kerja di TV, hari itu datang juga. Saya mundur dan pindah haluan ke bidang lain. Mundurnya saya dari wartawan adalah mati kecil. Seperti kiamat yang kata orang ada juga kiamat kecil. Mati itu tidak melulu nyawa lenyap dan jasad dikubur. Mati itu berulang kali terjadi dalam hidup ini. Ketika lulus SD sebenarnya itu mati dari masa kanak-kanak dan mulai pindah ke alam remaja. Ketika masuk bangku kuliah, itu mati dari alam remaja dan belajar menjadi dewasa. Ketika menikah, itu mati dari rasa egoisme sendiri untuk memulai hidup bersama. Mati adalah ketika kita menutup yang lalu dan membuka yang baru. Sebelum mati-mati kecil itu pantas rasanya kalau bermaaf-maafan dengan orang-orang yang paling sering kita temui dan karenanya sangat sering kita dosai. Lihat saja mereka yang baru menikah lalu sungkem dan nangis habis-habisan dengan orang tuanya. ************** Memang sangat tidak mungkin hidup tanpa dosa. Buktinya Tuhan lebih suka orang yang sering bertaubat dan membersihkan diri. “Innallaaha yuhibbuttawwabiina wa yuhibbul mutatohiriin….” Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Tuhan tidak suka orang yang suci. Karena memang itu tidak mungkin. Sebaliknya, Tuhan paling benci orang yang sok suci. “Fa laa tudzakkuu anfusakum” Dan janganlah anggap diri kalian suci. Beruntungnya mati-mati kecil itu, kita masih punya waktu untuk ba bi bu kanan kiri. Karena tahu jadwal kematian itu, kita pun masih bisa sungkeman sana-sini. Sekalipun tahu kapan kita akan mati, kita sering lupa mengisi rentang waktu yang singkat itu. Dengan tidak melukai kawan dan lebih banyak memberikan perhatian. Mohon maaf ketika berbuat salah masih hangat. Berterima kasih ketika baru saja menerima bantuan. Satpam kantor itu saban hari menjaga gerbang dan menjaga keamanan kantor yang ada kita di dalamnya. OB yang saban hari merapihkan meja kita yang berantakan dan siap siaga menyiapkan teh dan kopi saat kita minta. Lainnya tentu masih banyak lagi. Orang-orang di sekitar yang sadar tidak sadar banyak berperan tapi sangat kurang kita perhatikan. *********** Buat semua kawan di TV One terima kasih buat cerita yang dibangun bersama dua tahun ke belakang.