12.30.2009

Separuh Jalan ke Surga

Kata siapa menikah itu indah? Saya memang belum menikah. Baru tahu cerita kehidupan setelah menikah juga dari cerita sana sini. Misalnya, liat infotainment tentang perceraian para artis negeri ini yang ceritanya bisa jadi sinetron berseri (sekalipun waktu pacaran, nikah, n beberapa tahun setelah menikah hidupnya keliatannya indah luar binasa). 


Selain itu juga berulangkali tebar tanya ke teman, bapak, atau ibu yang sudah nikah. Intinya ya….kalimat di awal pembuka tulisan itu, “kata siapa menikah itu indah?”


Lupakan kisah manis berbunga-bunga Romeo-Juliet yang di mabuk asmara. Bahkan ujung-ujung nya sampai rela berkalang nyawa nenggak racun bersama-sama. Kalau punya bayangan-bayangan indah lainnya, lupakan saja dari sekarang. 


Buat yang pacaran, percaya deh, nikah itu –kadang—gak seindah pacaran. (maklum lah pacaran kan setan melulu isinya. Sementara kata Tuhan, setan kerjanya emang bikin yang salah jadi terasa indah).


Menjelang nikah wajah calon pengantin berseri-seri. Tentu tidak masuk hitungan mereka yang menikah karena, maaf, terpaksa karena banyak alasan. 


Saya enggak tahu apa yang ada di bayangan calon pengantin yang sedang bungah bahagia. Yang pasti, minimal—mungkin—membayangkan malam pertama yang katanya bikin deg deg ser…. (note: ini khusus capeng yang belum MP ya….) 


Hasil investigasi dan lamunan kecil saya pun menyimpulkan, bahwa menikah memang bukan Indah, tapi menakjubkan. :D 


********* 


Menikah itu berarti: 

  • Siap menerima kenyataan bahwa pasangan kita ternyata enggak segitu-segitunya. 
  • Tapi kalau udah tahu begitu ya harus belajar juga menerima pasangan apa adanya.
  • Siap menghirup harum semerbak buang angin pasangan di kamar tertutup. 
  • Siap giliran bayar listrik, PAM, pulsa, keamanan komplek, zakat, belanja bulanan, kredit rumah dan kendaraan, nabung pendidikan anak, bayar polis asuransi kesehatan, belanja tahunan untuk lebaran dan hajatan besar lainnya, uang ekstra untuk saudara-saudara, dsbg..
  • Siap siaga menenangkan si dede kecil di malam buta saat mata ngantuk luar biasa dan badan capek gak ketulungan.
  • Karena poin barusan, harus siap juga maksain kerja maksimal di tengah kondisi badan dan mata yang cape karena semaleman lembur jagain anak.
  • Sabar…. Sabar…. Sabar…. waktu badan dan pikiran capek baru pulang kantor tapi anak pada rewel dan istri lagi ngambek.
  • Siap ribet sama urusan keluarga besar (yang katanya bahkan sering lebih ribet daripada ngurusin rumah tangga sendiri).
  • Siap ribet bersolek hampir setiap akhir pekan untuk menuhin undangan nikahan atau sunatan.
  • HARUS gak tergoda rumput tetangga yang selalu terlihat lebih hijau (rumput tetangga di sini bisa juga berarti tergoda PIL atau WIL).
  • Terus kalo udah terlanjur tergoda harus segera taubat dan sabar membenahi kerusakan rumah tangga yang dibuat sendiri.
  • Teguh pendirian menerapkan pola hidup sehat semua anggota keluarga (biar gak gampang masuk rumah sakit).
  • Kalo udah terlanjur ada yang sakit (suami, istri, atau anak) ya harus sabar-sabar merhatiin dan nungguin sampe sembuh juga sabar bayar obat dan perawatan (kecuali kalo punya asuransi dan bisa cover semua biaya).
  • tekun nganter anak sekolah.
  • Sabar… sabar… sabar….. mendidik dan membesarkan anak di tengah jaman dan lingkungan yang sudah sangat sangat sangat terbuka seperti saat ini.
  • Tetap berusaha menjadi tetangga yang baik sekalipun tetangga kita itu kurang ajar minta ampun.
  • Mengatur keuangan rumah tangga yang susahnya gak jauh beda sama susahnya ngatur anak sendiri.



Oh iya…. 
Nikah juga berarti siap menghadapi perceraian (yang ini naudzubillah…. Semoga kita terhindar… amien….) 


Semua yang di atas itu saya sendiri belum pernah jalani. Tapi yang pasti, bisa jadi itulah yang akan terjadi. 


Bersiap saja dari sekarang bahwa, nikah ≠ indah. 


Beruntungnya, Rasulullah pernah bersabda, “nikah itu separuh agama”. Karena itu sekalipun manis-manis pahit, nikah sudah separo jalan selamat menuju akhirat.