11.16.2009

Benang Tipis


Surga dan neraka hanya terpisah untai benang maha tipis. Benang maha tipis itu ada di dalam diri kita. Di hati kita.

Kita bisa sama-sama bersedekah. Tapi belum tentu kita sama-sama ikhlas hanya untukNya. Pamer atau demi puji dermawan?

Kita bisa sama-sama menjenguk teman sakit. Tapi apa tulus untuk menghiburnya? Atau sekadar absen dan dibilang perhatian?

Kita bisa sama-sama silaturahmi ke kerabat atau sahabat. Tapi apa betul itu untuk menjalin kasih sayang yang terputus? Atau, agar dibilang peduli kawan?

Kita bisa sama-sama berdakwah. Tapi apa betul itu untuk mengajak ke jalan Tuhan? Atau, agar dapat bayaran, dianggap berilmu luas dan dinilai berakhlak mulia?

Kita bisa sama-sama kerja maksimal di kantor. Tapi apa betul itu untuk ibadah kepadaNya, mencari nafkah keluarga, dan bekali diri agar tidak jadi beban orang lain? Atau, demi pujian rekan sambil menjilati atasan agar karir lepas landas?

Kita bisa sama-sama rajin shalat berjamaah di masjid. Tapi apa betul itu karena panggilanNya? Atau, agar dinilai taat beragama dan dicap anak soleh di mata mertua, istri, pacar, dan sahabat?

Kita bisa sama-sama bersolek dengan kebaikan dan berjubah segala perintah Tuhan. Kita bisa sama-sama terlihat beramal dengan segala rupa perintah agama. Tapi benarkah amal itu hanya karenaNya?

Karenanya yang terlihat bukan hakikat. Karena surga dan neraka jauh di kedalaman hati. Tak terindera. Berpembatas benang maha tipis.

Doa si Kurang Ajar


Ketika Tuhan berulangkali berkata-kata dengan kita. Ketika itu juga berulangkali kita ingkar kepadaNya. 

Ketika Tuhan tak kenal lelah dengan ampunNya. Ketika itu juga kita mengkurangajariNya.

Ketika Tuhan membuka tanganNya selebar jagad raya. Ketika itu juga dosa kita menembus luasnya semesta.

Ketika dosa kita menggunung di dalam dada, Tuhan akan selalu ada, membasuh, mengusap, dan menyiram dosa-dosa itu.

Selama kita, mohon ampun padaNya. Ampun yang tanpa khianat.

Tuhan, maafkankanlah hamba.

Saya yang berulang kali kurang ajar padaMu