12.30.2009

Dunia Tanpa Ujung

Untuk apa rumah megah itu kalau hanya kita dirikan untuk dinikmati babu-babu kita, mah? Untuk apa rekening itu menggendut kalau isinya hanya jadi tontonan kita, mah? Untuk apa jabatan mentereng kalau itu membuat kita jarang bersama, mah? Untuk apa kamu bekerja keras dengan penghasilan menyilaukan kalau itu membuat anak-anak kita tak mengenal ibunya, mah? Untuk apa mobil-mobil keluaran terbaru itu kalau hanya jadi pajangan dan dinikmati sopir-sopir kita, mah? Untuk apa semua kemewahan ini kalau hanya membuat jarak kita dari Nya semakin menganga, mah? Kita harus bersama, aku dan kamu, kita dan anak-anak kita. Bisa jadi mah, untuk itu, tak perlulah gelimang harta dan tahta. Karena bisa jadi kemewahan itu ada saat kita bersama sebagai keluarga. Bisa jadi itulah ke-maha-an di balik kata “sederhana” yang selama ini eyang kita sering ajarkan. Ya, sederhana.... yang karena itu, papah, mamah, dan anak-anak kita betah berlama-lama di teras rumah. Setiap hari. Sebagai kita,...keluarga. *inspired by Jakarta's life yang nggilani*