12.30.2009

Cukup Sejentikan Jari

Buku melaprak di lemari dan meja. Tas juga terserak di rak dan lantai. Handphone tercecer di dua ruang berbeda. Kabel charger entah di mana. Kasur carut marut. Bantal dan guling silang sengkarut. Kacau. Kacau sekali kamar hari ini. Padahal, hanya sejurus lalu, kamar ini masih perawan. Rapih genah merenah tuma'ninah. Seperti si jelita Annelis Mallemar sebelum dijamah saudara kandungnya sendiri. Hanya sejurus lalu hati ini teduh. Tapi hati itu berantakan tak beraturan. Hanya karena itu, perabotan yang lintang pukang. Kamar yang teduh dan menenangkan pun rapuh dengan tampilannya yang tak lagi beraturan. Padahal, untuk kerapihan kamar ini, saya perlu menatanya berulang kali. Lokasi meja, kursi, lemari dan perabotan lain dipadu padankan. Seperti memadukan warna dan goresan di atas kanvas. Hati-hati. Jika tak elok, ku rubah lagi. Terus menerus. Memakan waktu, tenaga, dan pikiran. Menata kamar memang seperti perkara sederhana. Walaupun nyatanya rumit tak terkira. Kerumitan yang disengaja agar diri betah berlama-lama. Tidak hanya membuat homy, lebih eksklusif lagi: roomy :) Ah, tapi kamar ini hanya bisa roomy beberapa saat. Perlu sedikit waktu untuk membuatnya porak poranda carut marut centang perenang lintang pukang... mmm... menata kamar ini tak ubahnya menata hati. Perlu cukup waktu agar bisa tertata rapi. Sebaliknya, dalam sekedipan, hati bisa hancur berantakan... Seperti kamar, makhluk ringkih bernama hati ini harus terus dijaga dan ditata. Dilarang alpa barang sekedipan. Tak lain supaya si empu-nya tenang berlama-lama. Karena semua tahu, pun, hanya rapihnya kamar yang bisa membuat tidur, belajar, shalat, atau bengong tak karuan terasa nyaman. Dan, hanya rapihnya hati yang bisa menentramkan. Jagalah hati agar tak berantakan, jangan alpa barang sekedipan. Karena seperti kata teman, "Merapihkan selalu lama dan melelahkan. Tapi cukup sejentikan jari semua bisa berantakan."