1.31.2012

Lembang Park Review

Baby Welcome Greeting

1.16.2012

Sederhana dalam Kerumitan

photo:  klepto dari www.buzzle.com
Setiap kita rumit namun sederhana. Kita menyandang peran beragam dalam saat bersamaan. 

Saya misalnya, adalah seorang anak dari Bapak Abdul Wahab Salim dan Ibu Hindun Sopiatun; suami dari Arum Wahyuningtias; ayah dari Aqila Qolbi Kamila; dan menantu dari Bapak Sutardjo dan Ibu Yeyet Sariyati.

Saya juga saudara kandung kakak dan adik saya; sahabat kenalan dekat; teman di berbagai situasi dan keadaan; pegawai di sebuah instansi pemerintahan; rakyat dari sebuah negara bernama Indonesia; warga dari RW 12 Komplek Masnaga Bintara Jaya Bekasi; dan juga tetangga bagi mereka yang kebetulan tinggal bersebelahan rumah dengan saya.

Seperti halnya saya, kita semua memiliki peran beragam yang berbeda-beda. Lalu, membentuk masing-masing kita menjadi sosok rumit, unik namun tetap sederhana. Karena bagaimanapun, kita hanya manusia.

Kita dilahirkan ke dunia dengan sangat sederhana. Lalu mati juga dengan cara yang sangat sederhana. Di antara hidup dan mati itu, manusia menjalankan sejumlah peran yang sederhana.

Kita dibekaliNya jasad, ruh, akal dan hati, untuk menjalankan semua peran yang dipercayakan. Kegagalan dalam menjalankan setiap penggalan peran merupakan kewajaran. Karena itu merupakan salah satu bukti kesederhanaan manusia yang memiliki keterbatasan. Yang darinya, manusia sempurna dalam ketidaksempurnaannya. Wallahu’alam.

1.12.2012

Ulang Tahun itu Duka


Usia 30 tahun itu cukup tua. Dan hari ini, saya seumur itu. Ulang tahun ini sama saja dengan peringatan bahwa kematian sudah semakin dekat.

Saya selalu berpatokan pada usia Nabi Muhammad SAW yang ’hanya’ 63 tahun. Usia tersebut relatif muda jika dibandingkan rata-rata usia harapan hidup orang Indonesia yang saat ini mencapai sekitar 70 tahun.

Kata Nabi, ”umur umatku di antara 60 ke 70 tahun, tidak banyak yang melebihi itu.”

Mematok usia nabi sebagai alarm hidup di dunia mungkin terlalu optimis. Apalagi, bersandar ke usia harapan hidup orang Indonesia.

Untungnya, optimisme itu bisa diredam alarm lainnya. Bahwa, sudah cukup banyak teman sebaya yang wafat lebih dulu. Dengan begitu, saya tidak pantas pongah bisa berusia sepanjang Rasulullah. Kenyataannya, kematian memang bisa datang kapan saja.

Wajar rasanya kalau usia yang ’bertambah’ ini tidak layak disambut suka cita. Apalagi, kalau setahun terakhir belum dimanfaatkan untuk semakin dekat kepada-Nya. Wallahua'lam.

1.11.2012

Tipe-tipe Facebooker

Ilustrasi: Me

Ini tulisan kedua saya tentang Facebook. Kali ini, tentang tipe-tipe Facebooker. Kalau merasa, saya harap jangan tersinggung. Apalagi, kita sama-sama masuk ke dalam kategori tipe yang disebut. Tulisan ini bacaan tepat bagi yang tidak suka baca karya ilmiah :).

  1. Alayer
Facebooker jenis ini gemar menggunakan kode-kode bahasa, yang bagi sebagian kalangan, sangat sulit dimengerti. Tingkat kreativitas merangkai kata mereka sangat tinggi. Facebook sepertinya jadi sarana efektif penyaluran bakat dan kecerdasan linguistik mereka. Biasanya, facebooker jenis ini berusia muda (baca: abg) dan memiliki nama profil yang tidak sesuai akte kelahiran. Atau, apa karena belum punya KTP?

  1. Spiritualist
Facebooker jenis ini selalu mengeluarkan petuah-petuah bijak. Biasanya, pesan-pesan yang disampaikan disarikan atau diambil dari ajaran agama yang dianutnya. Beruntung, tidak semua Facebooker berjenis ini. Karena, kalau semuanya tipe spiritualist, siapa yang didakwahi?

  1. Galauer
Facebooker jenis ini menjadikan wall-nya layaknya sahabat terpercaya, pasangan hidup, psikiater atau psikolog. Facebook seakan-akan jadi sosok bernyawa yang bisa mendengarkan keluh kesah dan hiruk pikuk hidup yang dijalaninya. Walaupun sepertinya, ia hanya sedang butuh sedikit ruang, pengertian dan perhatian.

  1. Motivator
Facebooker jenis ini biasanya selalu memulai hari dengan status-status yang menyemangati. Kisah sukses para motivator nampaknya meninggalkan kesan tersendiri bagi para faceebooker ini. Salam super.
  
  1. Trader
Facebooker jenis ini menyulap wall Facebook nya menjadi gerai toko. Semua update berisi promo, promo dan promo. Tiada hari dan update-an tanpa berdagang. Seperti kata pepatah lama, “Status update is money.” Kalo berminat, balas ke Inbox aja ya. Begitu katanya.

  1. News Maker
Facebooker jenis ini paling aktif dan pandai bikin update yang bisa menarik perhatian. Biasanya, mereka gemar mencari berita, informasi, isu dan gosip yang bisa menimbulkan pro kontra seru. Penting atau tidaknya isu yang diangkat bukan persoalan. Yang terpenting, update yang dibuat bisa bikin ramai suasana. Minimal, komentar dan like yang banyak.

  1. Updater
Facebooker jenis ini meramaikan wall nya dengan info-info terbaru yang punya nilai berita. Entah itu karena nilai kebaruannya, keunikannya, keanehannya atau kespektakulerannya. Facebooker jenis ini selalu memastikan para friends untuk terus keep up dated dengan perkembangan dunia.

  1. Observer
Facebooker jenis ini suka mengamati apapun yang terjadi di Facebook. Bagaimana kabar teman-temannya? Apa kesibukan mereka? Apa yang menjadi kegelisahan mereka? Facebooker jenis inilah sosiolog dunia maya. Ciri-cirinya, jarang update status, tapi selalu tahu semua cerita teman-teman Facebooknya.

  1. Commentator
Facebooker jenis ini sangat gemar berkomentar di mana-mana. Tapi, setelah dicermati, teryata dia sendiri nyaris tidak pernah meng-update apapun di wall-nya. Dalam dunia nyata, orang ini mungkin gemar silaturahmi. Walaupun, rumahnya sendiri malah jarang dikunjungi.

  1. Exhibitioner
Facebooker jenis ini layak punya acara pameran off-air sendiri. Selalu ada yang bisa diperlihatkannya di wall. Walaupun, kadang yang ditampilkan itu sama sekali tidak ada urusannya dengan urusan orang lain. Kecuali hanya mengundang penyakit hati: iri. Misalnya, foto terbaru pelesiran, makanan lezat yang baru disantap dan gadget terkini yang baru dibeli.

  1. Reporter
Facebooker jenis ini memang mirip sekali dengan reporter. Dia betul-betul paham prinsip 5 W 1 H. What, who, where, when, why dan how. Istimewanya, tidak hanya paham, dia juga menjalankannya. Pantas, kalau update yang dibuat selalu memiliki nilai-nilai laporan. Misalnya, ”baru aja lari pagi di Senayan. Segerrrr.....”

  1. Philosopher
Facebooker jenis ini seringkali mengeluarkan update yang bisa bikin kening para friends mengernyit dalam. Kadang, update-an Facebooker jenis ini bisa merusak suasana batin yang sedang riang menjadi begitu, soooo..... serius. Pantas kalau update yang dibuat berpotensi merusak suasana liburan.

  1. Joker
Facebooker jenis ini merenovasi wall-nya jadi panggung pertunjukkan lawak. Sepertinya, ia memang berbakat menjadi stand-up comedian. Bisa bicara sendirian (di wall nya) dan membuat orang tertawa terpingkal-pingkal. Sebagai catatan, tidak semua Facebooker jenis ini bisa membuat ‘karya lawaknya’ sendiri. Ada juga yang melawak dengan modal copy paste dari joker yang sebenarnya. Tak apalah. Namanya juga usaha.

1.10.2012

Rukun Facebook ada lima

logo Facebook dengan dua siluet perempuan sedang menggunakan laptop.
photo: http://www.telegraph.co.uk

Tulisan ini sedikit saja tentang Facebook. Beberapa pemikiran yang coba saya sederhanakan. Sebagian di antaranya berdasarkan ilmu sekolahan dan kuliahan. Sebagian lainnya dari pengalaman. Membaca ini bisa jadi terapi untuk diri sendiri. Atau juga, cerminan untuk pembaca sekalian.

  1. Curhatlah pada orang yang tepat
Bukan satu dua kali ada yang curhat di Facebook via status, notes, foto atau video. Mungkin yang bersangkutan melakukan itu untuk pelepasan emosi, amarah atau rasa galau. Teorinya, itu salah satu bentuk katarsis. Sayangnya, curhatan itu jadi tontonan gratis banyak orang. Bukan hanya teman dekat yang mengerti konteks persoalannya, namun juga orang-orang yang sama sekali enggak tahu juntrungannya. Kalau sudah begini, pesan curhat itu bisa jadi santapan empuk pergunjingan. Sayangnya, cara ini juga cenderung tidak membantu penyelesaian persoalan.

  1. Berpikir seribu kali untuk posting apapun
Mikir seribu kali untuk setiap postingan mungkin terlalu alay bin lebay. Paling tidak, cobalah kita berpikir berulang kali untuk setiap postingan yang dibuat. Pikirkan apakah pesan itu ada manfaatnya buat banyak orang? Apa dampaknya? Apakah teman-teman kita pantas membacanya? Siapa saja yang pantas tahu? Selalu ingat, teman kita di Facebook beragam jenisnya. Mulai dari yang berhati malaikat sampai berhati sorga (lho, apa bedanya?).

  1. Facebook itu cermin
Maksudnya, tentu bukan cermin untuk ngecek jerawat. Dulu ada pepatah, “you are what you read”. Sekarang, pepatah itu bisa digubah jadi, “you are what your status is”.

Facebook ibarat cermin. Via Facebook seseorang bisa menilai orang lain cukup dengan membaca dan melihat semua postingannya. Orang yang gemar berdoa ada kemungkinan memang orang itu imannya sedang menanjak. Orang yang gemar mengeluh ada kemungkinan orang itu sedang lupa bersyukur. Orang yang gemar posting ’kemewahan’ ada kemungkinan orang itu sedang butuh pengakuan. Dan banyak kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Nah, kalau memang kita sangat peduli penampilan, berhati-hatilah menampilkan diri di akun Facebook kita. Tentu aturan ini tidak berlaku bagi kita yang tidak peduli apa kata orang.

  1. Wall dan Inbox itu beda
Yup! Wall dan Inbox itu sama pembuat Facebook sengaja dibedakan karena memang fungsinya berbeda. Jadi, kalau ingin bicara ’in private’ ada baiknya di dalam Inbox saja. Sementara, Wall itu ibaratnya pekarangan rumah. Apa yang kita pajang di situ akan dapat dilihat siapapun yang melintas. Wall itu memang pantas untuk ruang ‘pameran’. Jadi pilah-pilah lah terlebih dahulu, kira-kira "produk" apa yang ingin dipamerkan. Produk itu ya status, note, foto dan video yang kita punya.

  1. Berdoalah dalam kesendirian
Seringkali ditemukan status Facebook yang isinya tentang doa-doa kepada Tuhan. Pertanyaannya,  mengapa doa itu ditulis di status Facebook kalau memang ditujukan kepada Tuhan? Kalau memang niatnya berdoa, bukankah lebih tepat kalau  status itu cukup disimpan dihati lalu disampaikan kepadaNya pada waktu-waktu yang memang tepat. Misalnya, setelah shalat. Karena, setahu saya, Tuhan enggak punya akun Facebook.

Sederhananya, Facebook itu ibarat pisau. Harus hati-hati menggunakannya. Dia bisa banyak menolong. Atau malah bikin kita jadi orang yang perlu ditolong. Wallahua’lam.

1.03.2012

When a "King" is Tweeting


Following or to be followed. That is the spell of Twitter.

Personally, until now, I don’t like to tweet. I think, it is a kind of talking too much which is sometimes less in meaning. Talking too much is also vulnerable of slip of tongue and wrongdoing.

Communication is irreversible. Once a message is sent, its effect can’t be remove or even reduced. Even tough, we apologized for any wrong messages we had shared.

Until this news grabbed my intention. Rupert Murdoch has a twitter account!

He is a world class media magnate. He has been listed many times in Times and Forbes as one of the richest and most influential person in the US and even in the world. His influence passes over his eighty years old of age.

Social media has been associated with the young generation. Therefore, news is just created when a quite old man with powerful magnitude uses a social media to get him more connected to the world.

He personally knows the power and magnitude for being a twitter man. In one of his earliest 24 tweets Rupert Murdoch noted, "I'm getting killed for fooling around here and friends frightened what I may really say."

Until this article is written, Murdoch has had 77,818 followers just in three days. He only follows five people. Well, those five people must be very influential persons for him.




It reminds me of Ali bin Abi Thalib’s , one of the earliest Moslem’s leaders, message, “unzur maa qoola wa laa tandzur man qaala.” Observe what is said and don’t observe who says it.

The Murdoch phenomena and similar cases clearly negate Ali’s message. Most people clearly tend to only pay more attention to those with power, fame, and influence. One of the reasons, only those people who really are newsy.

So, if we don’t have big number of followers on our Twitter account, it is crystal clear tells us that we are not yet famous, powerful or influential. Thus, don’t ask someone to follow us either! J

1.01.2012

It should not always be something big

=A New Year reflection=

Each year, everyone celebrate this, the New Year. And by the end of a year, each one of us comes with the same question, “what I have done this year?” Some of us feel blessed, happy or disappointed.

Just a few days ago, I went back home from the office with my friend by train. A minute before we separated, he told me that at the end of each year he felt disappointed for not having any achievement.

Just before saying that question, he told me some stories of his friend big successes. One of his friends is now pursuing PhD in the US, while the other one had written some books. For him, those are big achievement, bearing in mind that each one of them are not too smart and coming from the less fortunate social and economic class.

I thought that was a quite kicking question. Then as he left me, I had been thinking of the same thing, “what I had done this year?”

After wondering myself, then I came up with this thought.

When we think about an achievement, perhaps, we usually come up with the same conception that it should be something big. Well, I said, definitely it should not always be that way….

An achievement is every single thing that we have done toward a progress. It isn’t necessarily big, enormous, tremendous or excellent. It should be very personal and detail.

Achievements, just to mention a few, are to be able for not coming late at the office as well as for not coming late at home; to replace the baby’s diapers better; to generate and donate more money for other people, even tough it was just a penny; to attend friend’s wedding more frequent than the previous year; to organize files better; to call parents more frequent; to wake up earlier; and to park car better.

‘Big Achievements’ of course are really tempting. Unfortunately, the fact is, not everyone could have such a big achievement. Considering this; there are only small numbers of positions available for high ranking officials; not everybody have adequate spare time spent to write a books. Therefore, achievement itself needs specific and special circumstances. That is why not every one could achieve it.

Despite focusing on such big achievements, why don’t we take a look at to our ‘small’ achievements which we really need a lot of efforts to achieve it? I am sure, putting back book we read to its book-case is not an easy job for those who are used to put their book at any places. So, I believe, putting back book to its case after reading it is an achievement.

If we are willing to be more attentive, focus and appreciative to our small achievements, we will always be grateful for every years that we had passed through. Moreover, we definitely will always be thankful to God for every ‘little’ thing He gave.

Well then, happy New Year! Wishing us all the best for this coming year, 2012!