12.30.2009

Jerawat Tak Terawat

Allahuma kamaa hasanta khalqi, fa ahsin khuluqii...

Ya Tuhan kami sebagaimana Engkau indahkan penciptaanku, maka indahkanlah akhlak-ku. Itu doa bercermin. Kita tahu. Bercermin berarti mencermati diri. Evaluasi detail dan rinci.

"Sudah pantaskah tampilan kita?" Tampil sesempurna mungkin dengan bercermin. Kalau ada jerawat yang menggunung di diobati. Kalau ada komedo yang menumpuk jangan dipupuk. Kalau ada panu, ya dikasih obat anti jamur.

 Dari cermin kita tahu ada bekas luka duduk di muka. Juga ada lubang jerawat yang mengawah. Kawah dari cerita salah kelola jerawat dulu. Ada juga gigi patah karena terlabrak benda yang datang tak terduga. Codet bekas luka, lubang jerawat, dan gigi patah itu adalah fosil sejinjing persoalan yang lalu. Walaupun tentu semua yang 'menodai' wajah itu hanya sebagian dari persoalan yang berlalu. Sebagian luka dan jerawat ada juga yang berhasil dirawat. Karena itu tiada bekas.

 ****
Awali dengan bercermin. Pagi sebelum aktifitas dan malam sebelum larut tidur. Karena itu bisa mengingatkan. Betapa kita makhluk penuh sayatan, karya tangan sendiri. Luka yang kita buat adalah pilihan. Tuhan pun bilang, "Wa maa zalamaahum, wa la kinna anfusahum yazlimuun". Dan tiadalah Tuhan menzalimi mereka, tapi mereka sendirilah yang menzhalimi diri mereka sendiri.

Di buku Kubik Leadership, orang istimewa adalah dia yang ketika sukses akan menunjuk orang lain sebagai aktor di balik sukses itu. Sebaliknya, orang mengkhawatirkan adalah dia yang ketika sukses akan pongah mengakui diri bahwa itulah hasil kerja kerasnya seorang. Ketika sukses berilah apresiasi besar bagi orang-orang di sekitar kita. Karena mereka kita sukses. Ketika gagal tunjuklah diri sendiri sebagai yang paling bertanggung jawab. Karena itulah amanat Tuhan, bahwa jika dalam zalim, itu karena tangan sendiri.

Bukan salah orang lain ketika amarah kita meledak. Itu semata karena kita belum bisa mengendalikan diri sendiri. Jika kita atasan, bukan salah bawahan tidak bisa tugas dengan baik. Tapi karena kita lah yang kurang memberikan arahan. Jika kita bawahan, bukan salah atasan atas kegagalan perusahaan. Tapi kitalah yang kurang berinisiatif mengatasi persoalan teknis di lapangan. 

Satu waktu Rasul berdoa ketika teraniaya. "Ya Allah, jika itu salah mereka, maafkanlah karena mereka belum/tidak tahu. Tapi jika itu salahku, maafkanlah aku". Masih saja Rasul membuka pintu salah bagi dirinya yang teraniaya.

Kita manusia. Sejak terlahir hingga mati berulangkalli menyayat tubuh sendiri. Lalu dengan muka tanpa dosa menunjuk orang lain sebagai biang perkara. Karena itulah Rasul berpesan bagi pen-cermin: Allahuma kamaa hasanta khalqi, fa ahsin khuluqii... Ya Tuhan kami sebagaimana Engkau indahkan penciptaanku, maka indahkanlah akhlak-ku. Karena akhlak cermin batin....