2.03.2012

Pandangan Menlu tentang Diplomasi dan TIK


Berikut ini merupakan beberapa hal yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa pada talkshow, ”Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Kemlu yang lebih baik” pada hari Rabu, 1 Februari 2012 di Ruang Nusantara, Kemlu.

Secara umum, Menlu memaparkan pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terhadap profesi diplomat dan pemanfaatannya. Menurutnya, diplomat perlu pandai mencari informasi yang relevan. Ide Menlu tersebut disampaikan berdasarkan pemahaman penulis.

  1. Informasi merupakan bahan baku utama kebijakan
Kebijakan yang tepat memang hanya akan dihasilkan jika pengambil kebijakan memiliki informasi yang tidak hanya akurat namun juga relevan. Karena itu, diplomat harus dapat merekam informasi seakurat mungkin dan memilahnya sesuai kebutuhan. Dengan begitu, informasi akan menjadi bahan baku penyusunan kebijakan yang reliable.

  1. Paradox of plenty
Paradox of plenty merupakan keadaan ketika keberlebihan materi justru membawa banyak persoalan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengakibatkan setiap orang yang terhubung internet mengalami paradox of plenty. Informasi membanjir. Karena internet nyaris dapat menyediakan setiap informasi yang kita perlukan. Di tengah kondisi tersebut, produktivitas terjadi ketika diplomat dapat memilih informasi yang tersedia sesuai kebutuhan.

  1. Background noise
Sesuai dengan namanya, background noise merupakan informasi yang hanya ramai dan gaduh namun   tidak diperlukan. Dalam acara talkshow misalnya, informasi yang disampaikan pemateri lah yang diperlukan. Sementara bunyi berisik orang keluar masuk ruangan, suara batuk dan dering telepon seluler dapat dikategorikan sebagai background noise.

Untuk mengatasi background noise, diplomat perlu konsentrasi dan fokus pada persoalan inti. Dengan begitu, diplomat tidak mudah terombang-ambing persoalan-persoalan yang tidak relevan. Maka, abaikan background noise!

  1. Diplomat dengan kemampuan assessment
Idealnya, kualitas pekerjaan bergantung pada sistem dan tidak bergantung kepada individu. Namun, sistem yang baik tidak akan berjalan tanpa dijalankan oleh individu yang capable. Kemampuan memberikan penilaian terhadap sebuah persoalan merupakan salah satu  kemampuan yang sangat diperlukan.

Jika diplomat paling muda sudah dapat memberikan penilaian dengan baik terhadap sebuah persoalan, maka diplomat senior tinggal memberikan nilai tambah dengan cukup memberikan sedikit koreksi, polesan dan penajaman.

  1. Transparansi vs kerahasiaan
Ini berkaitan erat dengan kemampuan memberikan penilaian. Diplomat harus mampu memilih dan memilah antara informasi yang terbuka dan rahasia. Kadangkala, banyak informasi yang perlu ditutupi agar upaya diplomasi berhasil. Biasanya, akan banyak hujatan ketika keran informasi ditutup. Hujatan yang umum muncul diantaranya adalah, pemerintah dinilai tidak berbuat apa-apa dan lamban. Menlu mencontohkan proses pembebasan ABK kapal MV Sinar Kudus dari pembajakan perompak Somalia di awal tahun 2011.


Pada akhirnya, diplomat diharapkan dapat dengan mudah menghasilkan dan menyampaikan informasi yang:
·      dapat dipercaya (credible),
·      tepat waktu (timely),
·      mudah dipahami (easy to digest),
·      dan tidak menggunakan bahasa yang birokratis (less bureaucratic words)